Date | 13 November 2018 10:11 am |
By | Superman is gone |
Views | 1542 |
Date | 13 November 2018 10:11 am |
By | Superman is gone |
Views | 1542 |
PURWOKERTO - Banyaknya opini yang tersebar di masyarakat menyatakan bahwa obat merek dagang lebih baik dari generik. Untuk itu, mahasiswa program studi farmasi Universitas Harapan Bangsa (UHB) melakukan praktikum. Praktikum tersebut untuk menetukan khasiat obat dengan penetapan kadar obat dalam tubuh.
Kepala Laboratorium Teknologi Farmasi S1 UHB, Desy Nawangsari M.Farm Apt mengatakan, kegiatan praktikum untuk menentukan kadar obat dalam tubuh, dalam dunia farmasi disebut dengan uji disolusi. Uji disolasi adalah suatu metode in vitro yang digunakan untuk mengetahui waktu pelepasan obat dari bentuk sediaan (misalnya tablet) menjadi bentuk terlarut. "Uji disolasi ini diperdalam melalui praktikum Biofarmasetika," ujarnya.
Dia menjelaskan, biofarmasetika merupakan ilmu yang mempelajari hubungan sifat fisikokimia formulasi obat. Bioavailabilitas menyatakan kecepatan dan jumlah obat aktif yang mencapai sirkulasi sistemik.
Jadi untuk menentukan perbadingan obat merek dagang dan generic dapat dilakukan dengan melakukan Uji Disolasi Terbanding (UDT)
"Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah produk merek dagang yang ada dipasaran dan generik memiliki efektifitas yang sama dengan melihat apakah produk tersebut memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Farmakope Indonesia," ungkapnya.
Secara umum, semua obat yang beredar dimasyarakat harus memiliki nomor registrasi dari BPOM. Sebagai tanda bahwa produk tersebut sudah memenuhi standar yang berlaku di Indonesia.
Salah satu standar yang ditetapkan adalah kadar obat harus mencapai labih dari 80 persen dalam waktu kurang dari 30 menit. "Dengan kegiatan ini, mahasiswa dapat menentukan khasiat suatu obat yang nantinya akan digunakan oleh pasien," jelasnya.
Kegiatan yang diikuti oleh 47 mahasiswa tersebut dengan beberapa hal. Yaitu dengan melakukan Uji Disolusi Terbanding (UDT). Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah produk merek dagang yang ada dipasaran dan generik memiliki efektifitas yang sama.
Dengan melihat apakah produk tersebut memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Farmakope Indonesia. "Juga menguji pengaruh keadaan bahan (baku) obat terhadap kecepatan disolusi intrinsik, absorpsi perkutan obat secara in vitro, serta percobaan mengenai pengaruh pH terhadap absorpsi obat melalui saluran pencernaan secara in vitro," ujarnya.
Dari praktikum yang dilakukan mulai Mei hingga Juni tersebut, mahasiswa mengetahui pengaruh pH terhadap absorpsi obat melalui saluran pencernaan secara in votro. (ida)