Universitas Harapan Bangsa
UHB News

UHB News


Information

Date31 May 2019 8:39 am
ByAnggit Wirasto
Views2742




Kesehatan

Kopi Bikin Kecanduan?

Date31 May 2019 8:39 am
ByAnggit Wirasto
Views2742

Oleh : Sri Royani, M.Si. (Dosen Jurusan Kimia Fakultas Sains dan Teknologi UHB)

Minum secangkir kopi sudah menjadi gaya hidup masyarakat saat ini di Indonesia. Kopi yang notabene memiliki aroma wangi sering dikonsumsi oleh masyarakat baik di pagi hari, sore hari atau pun malam hari. Masyarakat biasanya mengonsumsi kopi untuk menghilangkan rasa kantuk dan supaya otak lebih fokus. Akan tetapi tahukah Anda kenapa orang yang mempunyai kebiasaan minum kopi sangat susah untuk berhenti?

Dalam secangkir kopi terdapat berbagai macam zat kimia, salah satunya adalah kafein. Selain pada kopi, kafein pun terdapat pada teh dan coklat, tetapi kandungan kafein terbesar adalah pada kopi. Kafein yang mempunyai rumus kimia C8H10N4O2 dan nama kimia 1,3,7-Trimethylpurine-2,6-dione merupakan salah satu zat adiktif apabila dikonsumsi secara berlebihan. Zat adiktif adalah bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme hidup, maka dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus.

Efek adiktif kafein hampir sama dengan pengaruh amfetamin, kokain dan heroin, yaitu untuk menstimulasi otak. Menstimulasi disini artinya mendorong dan memberikan efek “bersemangat” pada orang yang meminumnya, sehingga orang yang meminum kopi akan terus fokus hingga 4 jam, oleh karena itu dapat mencegah rasa kantuk. Akan tetapi para pakar menggolongkan kafein sebagai zat yang aman. Memang ia bersifat stimulan atau merangsang sistem saraf pusat. Namun, tidak seperti stimulan lainnya, seperti nikotin, kafein tidak akan menimbulkan rasa kecanduan jika dikonsumsi secukupnya. Takaran kafein yang normal adalah sekitar 200 miligram per hari. Jumlah itu kira-kira setara dengan dua mangkuk kopi ukuran 150 gram atau empat kaleng minuman cola, tiga cangkir teh atau satu setengah kilogram cokelat susu. Ini biasanya tidak akan mengundang masalah.

Kafein juga dapat meningkatkan denyut jantung dan melebarkan saluran bronkial karena adrenalin terpacu dengan cepat. Ketika kafein memompa adrenalin dengan cepat, hormon kortisol perlahan terbentuk. Jika siklus ini sering diulang, kadar hormone kortisol meningkat dan menimbulkan efek seperti kelelahan, kecemasan, kegelisahan, lekas marah dan menurunkan kekebalan. Gejala tersebut disebut dengan kecanduan kafein. Oleh karena itu jika porsinya tidak diatur, zat ini akan membuat konsumen merasa ketergantungan. Intinya, minum kopi boleh saja, asalkan porsinya tidak berlebihan.


Prev/Next News




© 2024 - www.uhb.ac.id Universitas Harapan Bangsa - Kerjasama dengan Radar Banyumas.
Hak Cipta Dilindungi Oleh Undang-Undang

Menu